Sepeninggal Nelson Mandela, khalayak mengenang isu perbedaan warna kulit. Seluruh dunia berduka. Mulai dari
New York's Times yang menyebutkan kematian beliau di salah satu berita kematian terkemuka, sampai
MalesBangetDotCom yang membahas para pekicau yang tidak tau Nelson Mandela, semuanya membahas hal yang sama.
Buat kita yang tinggal di Indonesia, rasanya mungkin biasa saja. Kita patut merasa beruntung sudah lahir di Indonesia dan selalu merasa nyaman untuk hidup di tempat yang plural. Sejak kecil, kita sudah diajarkan untuk jadi orang yang pikirannya terbuka.
Tapi buat saya, sedikit beda rasanya waktu mendengar berita itu di Korea. Selama tinggal di negara ini, seperti beberapa cerita saya sebelumnya, kadang ada rasa keberatan dengan menjadi berbeda secara visual. Itu bisa dipahami, kami karena Korea adalah negara yang homogen dan konfisius. Mereka sangat kolektif.
Hari ini saya bertemu dengan Sangpin oppa (Kak Sangpin) untuk mengerjakan tugas bersama. Ia menggunakan potret Nelson Mandela di akun sosial KakaoTalk-nya.
"kenapa kamu pakai foto Nelson Mandela?" Tanya saya.
"Saya punya hubungan personal dengan Nelson Mandela. Dulu, saya merasa tidak nyaman untuk bertemu dengan orang asing. Saya pikir, hanya bangsa saya yang benar. Suatu hari saya membaca bukunya dan sejak saat itu saya baru mengerti bahwa semua orang di dunia itu sama" jawabnya, seraya tersenyum.
*efek blooming* kemudian Mas-nya pun keliatan makin tsakep...
Duh, jadi speechless. Ternyata orang Korea pernah berpikiran sampai segitunya dan berubah segitunya.
Dan.. Kalau bukan karena Nelson, mungkin saya tidak pernah punya hubungan baik dengan Kak Sangpin.
Selamat jalan, Nelson Mandela.