Entri ini adalah lanjutan dari dua entri sebelumnya, yaitu "Belajar Keras, Soju Keras" dan "Belajar Keras, Soju Keras (2)".
***
Di KNU, saya terdaftar sebagai mahasiswa di jurusan Ekonomi, sama seperti jurusan saya sebelumnya di Undip. Sebenarnya sih saya bisa ambil jurusan balet, sejarah, atau apa pun itu. Tapi, saya memilih untuk pilih yang linear saja. Hohoho.
Bagaimana dengan kuliah sebagai mahasiswa pertukaran? Susah? Enggak. Tapi, menantang. Semua kelas yang saya ikuti diberikan dalam bahasa Inggris. Saat input KRS dari portal kampus, saya bisa memilih hanya kelas-kelas internasional. Saya pilih empat kelas: dua mata kuliah ekonomi, satu perdagangan, dan satu kelas percakapan bahasa Inggris. Dosen yang mengajar keren-keren. Saya punya dua dosen dari Ethiopia, satu dosen dari Amerika dan satu dosen Korea yang -syukurlah- bahasa Inggrisnya berlogat Amerika. (FYI, Konglish [Korean English] itu lucu banget, karena mereka punya huruf yang terbatas di satu suku kata) Oia beliau pernah bekerja di PBB, loh! Waw!
Pak Jamal; tipikal kelas di Korea yang bagus, Pak Myungsoo sedang ngobrol dengan Kath |
Apa Bedanya Belajar di Korea dan di Indonesia? Pada dasarnya sama saja. Ada presentasi, tugas kelompok. Apa kelasnya aktif? Tidak. Kelasnya agak pasif. Namanya juga Asia. Ehehehe.
Kadang kala dosennya juga bertanya, kok. Usahakan menjawab, jangan bengong. Bagaimanapun, sebagai representasi Indonesia kita harus punya harga diri di depan mahasiswa internasional. Hoho. Oia, mahasiswa Korea di hampir semua kelas yang saya temui entah mengapa lebih suka duduk di belakang. Sama persis seperti teman-teman di kampus rumah. Padahal, duduk di belakang itu menurut saya nggak enak. Lebih enak di depan, karena tidak ada yang menghalangi dan tulisan dosennya jadi terlihat lebih jelas. "Duduk di depan lebih sering ditunjuk guru/dosen" itu cuma mitos.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar