Kamis, 12 September 2013

Belajar Keras, Soju Keras

Hari ini saya dan dua teman Indonesia (Kak Adis dan Kak Isna) pergi ke sebuah toko es krim di sekitar gerbang belakang kampus. Sekitar pukul 9 malam, di suhu 19° C dan hari itu Chuncheon berkabut.

Di tengah percakapan dan beberapa candaan, Kak Adis bilang, "Wah! Adek-adeknya udah pada pake seragam musim gugur!". Saya tertegun. Oh, ternyata adik-adik SMA yang sekolahnya tidak jauh dari kampus saya itu baru saja pulang sekolah. Saya pikir lagi dan bersikap biasa saja, karena dulu waktu SMA saya juga pernah sesekali pulang pukul 10 malam demi kursus tambahan. Kata Kak Adis, mereka biasa pulang malam seperti ini. Sekali lagi saya berpikir, lalu urung.

Saya mulai berpikir bagaimana mahasiswa di Korea belajar. Selama ini, yang saya tahu hanya drama Korea dan boyband Korea. Padahal di Korea sendiri tidak semua-orang kenal dengan boyband. Kak Isna lebih mafhum, deh, daripada orang-orang asli Korea kebanyakan. EXO, Suju, SNSD, SISTAR, khatam!

Jadi, apa selain boyband?

Jalan dari asrama ke gedung kelas

Belajar dan lulus hingga menjadi cendekia atau dokter adalah trend di Korea. Di Indonesia, sih, masih so.. so.. Masih banyak yang bercita-cita jadi ustad. Moral dan religi kita masih kental. Kalau di negara konfusius ini, isi kepala adalah segalanya. Makanya di Korea, pendidikan dijunjung tinggi. Mereka semua akan bekerja sangat keras untuk bisa masuk ke perguruan tinggi terbaik.

Kalau dibandingkan dengan gaya belajar Finlandia yang pernah saya tulis di entri ini, saya mengibaratkan pendidikan Korea sebagai sapi ternak dan pendidikan di Finlandia sebagai lumba-lumba


Diam-diam Menghanyutkan
Mahasiswa Korea yang sangat pintar sekalipun, jarang mengacungkan tangan untuk bertanya atau memberikan pendapat. Mereka sangat pasif di kelas. Mereka juga malu-malu untuk berbicara dalam bahasa Inggris. Saya? Meskipun salah gramatika di mana-mana, saya selalu berusaha bersikap proaktif dengan menjawab beberapa pertanyaan. Biar satu atau dua patah kata, menjawab pertanyaan dosen adalah usaha kita menghargai mereka. Ini yang paling saya sayangkan dari budaya belajar orang Korea. Mereka seakan segan dengan yang dianggap bisa (dosen). Mereka seperti selalu berusaha menjadi orang yang sama dengan yang lainnya.

Kadang saya berpikir, kenapa Korea bisa semaju sekarang padahal kalau dilihat dari pendidikannya, rasanya agak sulit bertemu dengan teman-teman yang outstanding dan sedikit freak. Kalau mengingat-ngingat, tidak terlalu banyak juga yang jadi juara-juara olimpiade internasional, ya? CMIIW, mohon data. Atau mungkin karena kebetulan saya juga kuliah di kampus yang tidak terlalu bagus, ya? Harusnya saya kuliah di ibu kota. Atau mungkin cara pikirnya kalau kita cukup pintar di kelas, kita tidak boleh mendominasi kelas. Kita harus memberikan kesempatan untuk orang lain. Entahlah.

Lama-lama dengan diamnya semua orang di kelas bisa membuat mereka terbiasa melihat kesalahan yang terjadi di lingkungan mereka tanpa berani berpendapat, kemudian jatuh menjadi seseorang yang individualis.

Saya merasa ada sesuatu yang belum pernah saya ketahui. Saya sangat ingin tahu kenapa salah satu negara termiskin di dunia (1950) ini bisa menjadi negara homogen satu-satunya yang maju di dunia. Hei! Bahkan sangat sedikit dari mereka yang bisa berbahasa Inggris. 

Belum ada dosen

Diam-diam Jadi Hanyut Beneran
Tapi di luar kelas, mereka bekerja dengan sangat keras. Semenjak ada di Korea, saya merasakan suasana "belajar" dan "berkerja keras" dari mereka. Hyeyong, teman sekamar saya, akan belajar sampai pukul tiga dini hari. Hampir setiap saya masuk ke kamar, dia sedang duduk di depan meja belajarnya sambil membaca buku. Lain lagi Jieun, hampir setiap hari menginap di studio untuk menyelesaikan tugasnya. Rajin sekali ... Ada juga perpustakaan yang pasti penuh seperti pasar malam kalau musim ujian tiba. Perpustakaan akan buka 24 jam di musim itu.

Ah, hidup mahasiswa di Korea tidak seindah dalam drama. Orang-orang Korea memang unpredicted. Buatku, mereka adalah negara anomali. 

Oia, ada satu lagi yang membuat hidup mereka keras: kosmetik. Kalau sedang tidak belajar, ya kerjanya mainan kosmetik. Toko kosmetik Olive Young di gerbang kampus belakang laku keras di musim apapun. Oh!

Lainnya lagi, kesukaan mereka adalah soju (arak Korea). 

***

Jadi, keyword mahasiswa Korea: belajar keras, soju keras, kosmetik. Perempuan dan laki-laki, tidak terlalu jauh berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar