Kamis, 19 September 2013

Kamar 315

Dearest roommates, I dedicate this post for you guys. It's been a month but I think there has been so many great moments to write down. Hope you like it. Please reverse to Hangeul or English in languange tools (see dropdown options above the post-title). 
  
Nama Indonesia: Ratna (Nama Korea: 하 진주, Ha Cinju) - ID
Nama Indonesia: Bestari (Nama Korea: 이 혜옝, Lee Hyeyeong) - KR
Nama Indonesia: Kamelia (Nama Korea: 김 옝지, Kim Yeongci) - KR

ㄷㄷㄷㄷㄷㄷ! Akhirnya setelah sekian lama menikmati kamar kosan sendirian di Semarang, tiba saatnya berbagi rasa nikmatnya memonopoli sebuah wilayah dengan tiga orang roommates. Ketiganya berasal dari Korea, tepatnya dari Seoul.

Ada Hyeyong (이 헤옝), Yeongchi (안 옝지), Jihyeon (김 지혠). Dibandingkan dengan teman exchange yang lainnya, saya termasuk beruntung karena teman-teman saya ini rata-rata masih mengerti bahasa Inggris. Ka Isna punya roommate yang sama sekali nggak bisa bahasa Inggris. Tapi, berita baiknya, Kak Isna bisa sedikit bahasa Korea. Strong girl! Tapi yang terpenting bagi saya adalah karena saya bisa menemukan teman-teman yang baik seperti mereka. Selama tinggal bersama, kami tumbuh menjadi kelompok teman perempuan yang saling menyayangi dan mengasihi.

  (geli bacanya)

Meja belajar, almari dan tempat tidur yang berada di atasnya, ditambah dengan tiga orang baru ini adalah rumahku di Korea. Banyak hal menarik yang terjadi di kamar 315 ini.

Kita harus memberikan banyak pengertian saat kita hidup sekamar dengan orang asing. Eh, tapi kalau saya, saya merasa sayalah yang paling banyak mendapatkan perlakuan spesial dari mereka. Terima kasih, semuanya! Pertama, karena saya sama sekali tidak bisa berbahasa Korea, maka mereka berusaha keras untuk berbicara dalam bahasa Inggris. Saya pikir itu bagus juga buat mereka berlatih. Haha. Yeongchi malah meminta saya untuk mengajarinya TOEFL. Kalau saya, saya selalu meminta mereka mengoreksi tata bahasa Korea saya.



Selain bertukar bahasa, kami juga bertukar cerita. Tentu saja saya yang paling banyak bahan cerita. Dimulai dari shalat, larangan memakan babi dan alkohol, bagaimana orang Indonesia hidup, mengenai batik, kerudung, agama Islam, Tuhan, tangan kanan dan kiri, beberapa makanan khas Indonesia yang saya bagikan, Ramadhan, dan yang paling sulit adalah untuk menjelaskan "kerokan" waktu kak Isna masuk angin. Mereka sepertinya berpikir bahwa hidup di Indonesia itu penuh dengan rasa sakit. Hahahaha.

Memang.

Bagi saya, ini adalah intinya pertukaran pelajar. Banyak orang selalu mengartikan pertukaran pelajar sebagai jalan-jalan, tapi tentu saja semuanya lebih dari itu. Makanya, saya menulis. Bagi mereka teman sekamarku, ini juga pengalaman yang sangat berharga. Terlebih, orang Korea sejak kecil jarang berinteraksi dengan orang asing. Pernah suatu kali Kak Fandy mengadakan survey buat adik-adik kecil. Pertanyaannya adalah "apa yang akan mereka lakukan ketika mereka bertemu dengan orang asing (foreigner)?" kemudian hampir semua anak mencentang pilihan "lari". Kalau di Indonesia? "Minta foto barenglah!"

 

Suatu waktu yang menarik buat saya adalah waktu Hyeyeong meminta saya menjadi narasumber untuk tugas kuliahnya. Proyek presentasinya adalah proyek presentasi tentang Indonesia.

Bangganya teman sekamarku memelajari Indonesia. Senangnya di perpustakaan kampus ada tiga buku tebal tentang Indonesia. Padahal, waktu pertama bertemu dengan mereka, mereka pikir Indonesia adalah India. Karena dalam bahasa Korea, "Indo" adalah sebutan untuk negara "India"

Waktu itu saya sampai kelimpungan untuk menjelaskan Indonesia dari beberapa perspektif, karena Indonesia adalah sebuah negara yang heterogen. Ia sendiri pun sering kebingungan untuk membedakan mana yang budaya Indonesia dan mana yang merupakan bagian dari ajaran Islam, atau ajaran agama Islam yang sudah terasimilasi dengan tradisi asli bangsa Indonesia. Karena di Indonesia mayoritas penduduknya beragama Islam dan kebetulan saya juga menggunakan hijab, pertanyaan yang ia ajukan paling banyak berputar pada agama Islam. Hyeyeong bahkan meminjam pasmina saya untuk dipakai saat presentasi. Tentu saja saya mengiyakan dan mengajarinya. Siapa tahu dia yang awalnya tidak percaya agama bisa masuk agama Islam di kemudian hari. Amin.

Apa kabar?
Nama saya Bestari

Bonus: Cover lagu Taeyang!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar