Selasa, 10 September 2013

Mau Makan?

Hai semua ...

나 배고파 (na baegopa, "saya lapar")

Hari ini saya mau ngajak teman-teman semua makan di kantin kampus. Menunya sih biasa, tapi karena experience-nya beda, rasanya jadi spesial pake telooooor banget.

 

Menyoal makanan di Korea, sama seperti keluhan mahasiswa Indonesia lain yang ada di luar negeri. Pertama, karena saya seorang muslim. Seorang muslim tidak hanya dilarang makan babi, tapi juga binatang darat lain yang tidak disembelih dengan nama Allah. Kadang berpikir dua kali, "apa panci yang dipakai memasak semua makanan di sini dipakai untuk memasak babi juga?". Kedua, karena uang sakunya terbatas. Ketiga, karena tidak bisa masak di asrama. Makanya, cuma bisa ke kantin kampus dengan menu terbatas.

Sehari-hari saya makan dua kali saja. Kadang kalau sedang hemat hanya sarapan saja, kemudian minum sereal di sore harinya. Atau sarapan mi instan, kemudian makan sehat di malam harinya. Alternatif lainnya, masak nasi instan di microwave dan makan abon dari Indonesia. Batasannya, minimal sehari sekali makan sehat dan susu.

Dibandingkan dengan budaya makan saya sehari-hari di Indonesia, boleh dibilang saya perbaikan gizi di sini. Sekali makan normal, saya mengeluarkan Rp30.000. Padahal kalau di Indonesia biasa warteg-an. Kalau sedang hemat cuma Rp3.000.


Tapi, nggak apa-apa deh. Kan, cara makannya juga yang bikin jadi kenyang perasaan dan jadi kenyang cerita baru di blog yang kelaparan entri ini ...

Do Sukjae, kantin kampus di lantai 4, KNU.

Ini adalah kantin favorit saya. Kalau mau makan, harus naik elevator ke lantai 4. Elevatornya pun elevator favorit saya di KNU, karena di pintunya ada siluet ranting dan burung-burung.

Nah, pertama-tama, sebelum masuk, kita bisa memilih menu makanan yang terpampang di depan pintu masuk. Kalau sudah menentukan pilihan, yuk, kita masuk!

Kalau biasanya kita membayar setelah makan, di sini kita harus membayar sebelum makan. Kita langsung ke kasir, menyebutkan pesanan kita, membayar, kemudian mengambil nota pembayaran. Nota ini harus dibawa ke loket dapur untuk ditunjukkan pada ahjumma (panggilan sopan untuk ibu-ibu). Sekarang, tinggal antri dan tunggu. Sambil menunggu, kita bisa ambil nampan, "acar lobak", sumpit dan sendok. Du du du du du ... ♬ 


Sekitar lima menit kemudian, makanannya sudah siap! Yuhuu! 

Nah, ini dia makanannya. Namanya Camci Dolso. Ini adalah makanan yang biasa saya makan selama di sini. Rasanya enak dan bismillah insyaAllah halal.

Jal mokkeseumnida! (Semacam "Itadakimasu")

Nom.. nom.. nom..

Budaya makan di Korea sangat unik. Orang Korea selalu memakan makanannya selagi hangat. Tidak seperti di Indonesia, kita malah biasa makan makanan yang dimasak tadi pagi. Hahaha. Alatnya pun unik. Sumpit dan sendoknya tipis dan panjang. Biasanya sumpit akan menjadi alat bantu sendok atau "pengganti garpu". Boleh juga sumpit dan garpu digunakan bergantian. Yang jelas, saat dan sesudah makan sendok tidak boleh dalam keadaan tengkurap, dan sumpitnya tidak boleh dalam keadaan tertancap di makanan.

Nom.. nom.. nom.. Makanannya enak banget! Porsinya juga selalu besar. Setiap makan di Korea, saya selalu merasa makan dua porsi sekaligus.

Selesai Makan
Budaya orang Korea yang mandiri dan rapi saat makan juga ada setelah mereka makan. Setelah makan, kita harus membawa nampan dan menaruh semua peralatan makan kita sendiri ke tempat pembersihannya masing-masing, secara terpisah. Ada pun sisa makanannya, harus dibuang sendiri pula ke bak pembuangan khusus. Gunanya, supaya ibu kantin mudah membersihkannya.

Terakhir, kita bisa minum air mineral yang diambil dari dispenser. Oia, gelasnya lucu deh, seperti gelas penjara. Hahaha. Gelas aluminium ini bisa diambil di lemari sterilisasi. Kemudian setelah dipakai, langsung diletakkan di kontainer gelas bekas-pakai.


Wuhmmm... kalo di kantin FEB Undip kayak gini, saya nggak bakal jajan di luar! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar